HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM
DOI:
https://doi.org/10.51851/jkb.v3i1.109Keywords:
KPD, AsfiksiaAbstract
Setiap tahun di seluruh dunia lebih dari sembilan juta bayi meninggal pada periode perinatal, WHO dalam laporannya menjelaskan bahwa penyebab kematian tertinggi bayi dinegara berkembang adalah disebabkan oleh asfiksia neonatorum, keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal tersebut disebabkan kurangnya intake oksigen sebelum, selama dan sesaat setelah lahir. Apabila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen maka akan terjadi asfiksia, keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi dapat menyebabkan kematian. KPD merupakan salah satu faktor penyebab asfiksia neonatorum dan infeksi yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal. Angka kejadian asfiksia di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarata pada tahun 2014 mengalami peningkatan yaitu dari 22 kasus di tahun 2013 menjadi 37 kasus asfiksia dari 279 kelahiran ditahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan April 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir di Puksesmas Jetis Kota Yogyakarta Pada Tahun 2014 yaitu sebanyak 279 bayi. Sampel penelitian sebanyak 276 responden diambil dengan teknik purposive sampling. Uji hipotesis menggunakan Chi square. Sebagian besar (86,6%) bayi lahir tidak mengalami asfiksia dan sebagian besar (91,3%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Dari (8,7%) ibu bersalin dengan KPD (6,9%) bayi yang dilahirkan mengalami asfiksia. Terdapat hubungan yang signifikan antara KPD dengan kejadian asfiksia neonatorum (X2 = 97.920) dan (= 0,000). Hasil Contingency Coefficient diperoleh nilai 0.512 yang berarti terdapat keeratan hubungan yang sedang antara KPD dengan kejadian asfiksia neonatorum. Terdapat hubungan yang signifikan Ketuban Pecah Dini dengan kejadian asfiksia neonatorum